Baru kali itu saya mendapati bernafas sebagai sebuah ambiguisitas.
Setiap makhluk hidup tidak mungkin tidak membutuhkannya, namun melakukannya tidak lain menimbun resiko baik jangka pendek maupun panjang terutama bagi kesehatan.
kondisi udara di desa Muara Dua, 29 September 2015 |
Selain kebenaran warta akan krisis udara layak hirup di Riau,
saya menemukan kehangatan dari desa lokasi KKN yang sekaligus menjadi bukti pada kedua mata kepala sendiri akan tidak meratanya pembangunan dalam negeri;
Sebuah masyarakat yang menerima kedatangan kami bersebelas,
masyarakat yang sekitar 70% merupakan transmigran dari jawa dan hampir seluruhnya menempatkan perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu dan/atau satu-satunya sumber penghasilan.
Dimana dari entitas tersebut, saya mendapatkan sebuah keluarga baru yang membagi perhatian, ruang, waktu, energi, dan materi selama 28 hari,
yang karena kebaikannya lebih dari sekedar menampung kami, hingga saya, mungkin juga anggota kelompok lainnya, merasa bersalah dan belum cukup berterimakasih.
Sebuah semangat dan peringatan untuk tidak lupa bersyukur
dari senyum dan tawa riang sosok-sosok kecil yang tidak mengenal teriknya sinar matahari
yang sekian kali tidak mempunyai pilihan selain libur karena kabut asap tebal yang menyelimuti sekolahnya
yang membuat haru sekaligus malu karena dibalik keterbatasan mereka justru memberi kenang-kenangan meski berupa benda-benda kecil sederhana
yang membuat haru sekaligus malu karena dibalik keterbatasan mereka justru memberi kenang-kenangan meski berupa benda-benda kecil sederhana
"Tetap semangat belajar ya!" ucap saya dengan senyum mengembang, "kalian nanti kalau sudah lulus mau lanjut kemana?"
Seketika terdengar jawaban yang lantang dari seorang anak di deretan bangku paling belakang, "mau nebas, kak!"
Saya hanya (bisa) mematung beberapa saat lalu menanggapi dengan pujian bahwa anak tersebut kuat untuk pekerjaan yang cukup melelahkan bagi orang dewasa sekalipun. Terlalu konyol (tidak realistis) untuk secara langsung melarang dan mengharuskannya melanjutkan sekolah.
Entah kemana hilangnya kata-kata saat mendengar jawaban salah seorang murid kelas VI tersebut, seakan tersendat oleh kaget, miris, dan bingung yang bercampur aduk.
Tentunya tidak lupa teman baru.
11 watak yang berusaha saling memahami,
yang saling berbagi asam, manis, dan pahitnya mengabdi selama 30 hari,
yang meleburkan 9 perguruan tinggi negeri menjadi satu dibawah nama kelompok 6 KKN Kebangsaan 2015.
terimakasih atas kesabaran dan kerjasama kalian!
semoga dapat bertemu kembali di lain waktu (:
No comments:
Post a Comment